Hasriani tak pernah menduga adiknya, Yus Yunus (25), meninggal dengan cara tragis. Yus Yunus, warga asal Polewali Mandar, Sulawesi Barat, yang bekerja sebagai sopir truk di Papua ini tewas setelah diamuk massa karena diduga menabrak salah seorang warga dan hewan ternak babinya hingga tewas.
Video penganiayaan Yus Yunus viral di media sosial. Penganiayaan tersebut terjadi di Jalan Trans Nabire, Kabupaten Dogiayai, Papua. Dalam video tersebut, Yus Yunus didatangi sejumlah warga yang menudingnya telah menabrak seorang pemotor dan babinya hingga tewas. Pukulan bertubi-tubi dari warga dengan menggunakan kayu pun tak bisa dihindari.
Dari tayangan video itu, sejumlah aparat polisi lengkap dengan senjata berusaha melerai dan menghalangi. Namun, Yus Yunus akhirnya tewas dengan luka di bagian kepala akibat aksi massa tersebut.
Hasriani, kakak korban saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon mengatakan, insiden penganiayaan terhadap adiknya itu terjadi pada Minggu (23/2). Pada Senin (24/2) pukul 09.00 WITA, keluarga korban membawa jenazah Yus Yunus ke bandara di Nabire bertolak ke bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan.
Selanjutnya, menuju kampung halamannya di Desa Sugihwaras, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar untuk dimakamkan.
"Tiba di bandara Makassar pukul 2 siang. Karena proses pengurusan agak rumit di bandara, akhirnya sore baru kami berangkat ke Polman dan tiba di Polman pada Senin malam sekitar pukul 20.00 dan langsung dimandikan, disalatkan, kemudian dikebumikan," kata Hasriani.
Dikatakan, biaya pemulangan jenazah adiknya tersebut ditanggung sepenuhnya oleh kantor tempat Yus Yunus bekerja sebagai sopir truk.
Yus Yunus (kiri), sebelum tewas dianiaya sejumlah warga. Foto: Dok. IstimewaMenurut Hasriani, sesaat sebelum aksi penganiayaan itu, Yus Yunus membawa truk yang memuat barang dari arah pedalaman menuju Kota Nabire, Papua.
Namun, dari arah berlawanan ada pengendara motor yang merupakan warga asli Papua melaju kencang dan menabrak babi. Akibatnya terjatuh dan terguling sejauh kurang lebih 15 hingga 20 meter dan menyebabkan pengendara tersebut meninggal di tempat.
"Dari arah berlawanan, ada mobil truknya adikku mau lewat karena menghindari korban kecelakaan. Akhirnya dia putar truk ke sebelah kiri, tetapi massa di sana menyalahkan adikku mengira ia menabrak korban, akhirnya adikku diamuk massa," tuturnya.
Ia menyayangkan pihak kepolisian yang ada saat kejadian tak mengamankan saudaranya dan malah membiarkan massa menganiaya hingga tewas.
"Kalau merasa kewalahan, kenapa tidak meminta bantuan karena di sekitaran situ ada pos Raider TNI, hanya tinggal berdiri di situ menyaksikan adikku dianiaya hingga tewas," ujarnya.
"Itu yang kami sayangkan sekali karena aparat keamanan di sana membiarkan masyarakat menganiaya korban, tidak ada perlindungan kepada korban hanya diam berdiri saja," imbuh Hasriani.
Mayat korban tergeletak di pinggir jalan setelah dianiaya sejumlah warga. Foto: Dok. IstimewaMeyer, saksi saat kejadian mengatakan, awalnya mereka beriringan bersama korban dari pedalaman menuju kota Nabire.Papua. Dari arah berlawanan ada pengendara sepeda motor yang melaju cukup tinggi dan tiba-tiba ada babi tiga ekor melintas dan ditabrak pengendara tersebut. Akhirnya pemotor tersebut terpental sejauh 15 hingga 20 meter.
"Di waktu dia tabrak babi itu dia terbang ke udara bersama motornya, jaraknya sekitar 15-20 meter, kemudian dia jatuh terputar-putar. Rekan kita ini Yus sudah menghindar dan sempat keluar dari jalan aspal untuk menghindari korban," jelas Meyer.
"Kejadian tersebut sekitar pukul 11.45 WITA. Kemudian saya melapor di pos Brimob dan Polsek untuk minta pengamanan, akhirnya mereka bergerak ke sana. Sementara tindakan lainnya saya tidak tahu karena saya masih di Polsek saat itu," tambahnya.
Kabid Humas Polda Sulbar, AKBP Syamsu Ridwan, mengaku turut prihatin atas kejadian penganiayaan korban di Papua. Namun, Syamsu menegaskan pihaknya menyerahkan kasus tersebut di Polda Papua.
"Kami akan terus berkoordinasi dengan Polda Papua untuk meng-up date perkembangan penyelidikannya. Kami juga meminta pihak keluarga korban untuk berkoordinasi dengan Polres Polman untuk mengetahui perkembangannya," ujar Syamsu.
Sekadar diketahui, korban merantau di Papua sudah 15 tahun dan bekerja sebagai sopir truk. kumparan.com
Video penganiayaan Yus Yunus viral di media sosial. Penganiayaan tersebut terjadi di Jalan Trans Nabire, Kabupaten Dogiayai, Papua. Dalam video tersebut, Yus Yunus didatangi sejumlah warga yang menudingnya telah menabrak seorang pemotor dan babinya hingga tewas. Pukulan bertubi-tubi dari warga dengan menggunakan kayu pun tak bisa dihindari.
Dari tayangan video itu, sejumlah aparat polisi lengkap dengan senjata berusaha melerai dan menghalangi. Namun, Yus Yunus akhirnya tewas dengan luka di bagian kepala akibat aksi massa tersebut.
Hasriani, kakak korban saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon mengatakan, insiden penganiayaan terhadap adiknya itu terjadi pada Minggu (23/2). Pada Senin (24/2) pukul 09.00 WITA, keluarga korban membawa jenazah Yus Yunus ke bandara di Nabire bertolak ke bandara Sultan Hasanuddin Makassar, Sulawesi Selatan.
Selanjutnya, menuju kampung halamannya di Desa Sugihwaras, Kecamatan Wonomulyo, Kabupaten Polewali Mandar, Sulbar untuk dimakamkan.
"Tiba di bandara Makassar pukul 2 siang. Karena proses pengurusan agak rumit di bandara, akhirnya sore baru kami berangkat ke Polman dan tiba di Polman pada Senin malam sekitar pukul 20.00 dan langsung dimandikan, disalatkan, kemudian dikebumikan," kata Hasriani.
Dikatakan, biaya pemulangan jenazah adiknya tersebut ditanggung sepenuhnya oleh kantor tempat Yus Yunus bekerja sebagai sopir truk.
Yus Yunus (kiri), sebelum tewas dianiaya sejumlah warga. Foto: Dok. IstimewaMenurut Hasriani, sesaat sebelum aksi penganiayaan itu, Yus Yunus membawa truk yang memuat barang dari arah pedalaman menuju Kota Nabire, Papua.
Namun, dari arah berlawanan ada pengendara motor yang merupakan warga asli Papua melaju kencang dan menabrak babi. Akibatnya terjatuh dan terguling sejauh kurang lebih 15 hingga 20 meter dan menyebabkan pengendara tersebut meninggal di tempat.
"Dari arah berlawanan, ada mobil truknya adikku mau lewat karena menghindari korban kecelakaan. Akhirnya dia putar truk ke sebelah kiri, tetapi massa di sana menyalahkan adikku mengira ia menabrak korban, akhirnya adikku diamuk massa," tuturnya.
Ia menyayangkan pihak kepolisian yang ada saat kejadian tak mengamankan saudaranya dan malah membiarkan massa menganiaya hingga tewas.
"Kalau merasa kewalahan, kenapa tidak meminta bantuan karena di sekitaran situ ada pos Raider TNI, hanya tinggal berdiri di situ menyaksikan adikku dianiaya hingga tewas," ujarnya.
"Itu yang kami sayangkan sekali karena aparat keamanan di sana membiarkan masyarakat menganiaya korban, tidak ada perlindungan kepada korban hanya diam berdiri saja," imbuh Hasriani.
Mayat korban tergeletak di pinggir jalan setelah dianiaya sejumlah warga. Foto: Dok. IstimewaMeyer, saksi saat kejadian mengatakan, awalnya mereka beriringan bersama korban dari pedalaman menuju kota Nabire.Papua. Dari arah berlawanan ada pengendara sepeda motor yang melaju cukup tinggi dan tiba-tiba ada babi tiga ekor melintas dan ditabrak pengendara tersebut. Akhirnya pemotor tersebut terpental sejauh 15 hingga 20 meter.
"Di waktu dia tabrak babi itu dia terbang ke udara bersama motornya, jaraknya sekitar 15-20 meter, kemudian dia jatuh terputar-putar. Rekan kita ini Yus sudah menghindar dan sempat keluar dari jalan aspal untuk menghindari korban," jelas Meyer.
"Kejadian tersebut sekitar pukul 11.45 WITA. Kemudian saya melapor di pos Brimob dan Polsek untuk minta pengamanan, akhirnya mereka bergerak ke sana. Sementara tindakan lainnya saya tidak tahu karena saya masih di Polsek saat itu," tambahnya.
Kabid Humas Polda Sulbar, AKBP Syamsu Ridwan, mengaku turut prihatin atas kejadian penganiayaan korban di Papua. Namun, Syamsu menegaskan pihaknya menyerahkan kasus tersebut di Polda Papua.
"Kami akan terus berkoordinasi dengan Polda Papua untuk meng-up date perkembangan penyelidikannya. Kami juga meminta pihak keluarga korban untuk berkoordinasi dengan Polres Polman untuk mengetahui perkembangannya," ujar Syamsu.
Sekadar diketahui, korban merantau di Papua sudah 15 tahun dan bekerja sebagai sopir truk. kumparan.com