Dhaka - Ribuan warga Bangladesh turun ke jalan usai salat Jumat di masjid Baitul Mokarram di ibu kota Dhaka. Mereka menyampaikan protes kekerasan di India yang terjadi antara komunitas Hindu dan Muslim.
Dilaporkan AP, Sabtu (19/2/2020), warga Bangladesh membakar poster Perdana Menteri India Narendra Modi dalam protes mereka. Banyak pula yang membawa poster bertuliskan "Stop Killing Muslims" dan "Save Indian Muslims."
Dipicu UU Kewarganegaraan Kontroversial, Kerusuhan di India Tewaskan 23 Orang
Para pengunjuk rasa juga menuntut PM Bangladesh Sheikh Hasina untuk membatalkan undangan terhadap PM Modi untuk merayakan ulang tahun Sheikh Mujibur Rahman, tokoh kemerdekaan Bangladesh.
Organisasi Islamis Bangladesh, Hefaza-e-Islam, bahkan mengancam melakukan tindakan anarkis berupa mengepung bandara apabila PM India Narendra Modi tetap datang.
"Saya meminta perdana menteri untuk segera membatalkan undangan Narendra Modi," ujar Nur Hossain Kasemi dari Hefaza-e-Islam.
Meski demikian, Nur Hossain Kasemi meminta agar tak ada kekerasan terhadap warga Hindu di Bangladesh.
"Saya mengingatkan warga Muslim di negara kita bahwa kita percaya harmoni. Kita tidak percaya kekeseran. Kita tidak akan menyakiti non-Muslim di negara ini," ujarnya.
Kekerasan antara komunitas Hindu dan Muslim terjadi pada hari Minggu lalu sebelum kedatangan Presiden Donald Trump ke India. Pihak Hindu dan Muslim saling serang dengan senjata api, pedang, tongkat besan dan kapak.
Ratusan orang terluka akibat bentrokan tersebut, dan setidaknya 40 orang tewas. liputan6.com
Dilaporkan AP, Sabtu (19/2/2020), warga Bangladesh membakar poster Perdana Menteri India Narendra Modi dalam protes mereka. Banyak pula yang membawa poster bertuliskan "Stop Killing Muslims" dan "Save Indian Muslims."
Dipicu UU Kewarganegaraan Kontroversial, Kerusuhan di India Tewaskan 23 Orang
Para pengunjuk rasa juga menuntut PM Bangladesh Sheikh Hasina untuk membatalkan undangan terhadap PM Modi untuk merayakan ulang tahun Sheikh Mujibur Rahman, tokoh kemerdekaan Bangladesh.
Organisasi Islamis Bangladesh, Hefaza-e-Islam, bahkan mengancam melakukan tindakan anarkis berupa mengepung bandara apabila PM India Narendra Modi tetap datang.
"Saya meminta perdana menteri untuk segera membatalkan undangan Narendra Modi," ujar Nur Hossain Kasemi dari Hefaza-e-Islam.
Meski demikian, Nur Hossain Kasemi meminta agar tak ada kekerasan terhadap warga Hindu di Bangladesh.
"Saya mengingatkan warga Muslim di negara kita bahwa kita percaya harmoni. Kita tidak percaya kekeseran. Kita tidak akan menyakiti non-Muslim di negara ini," ujarnya.
Kekerasan antara komunitas Hindu dan Muslim terjadi pada hari Minggu lalu sebelum kedatangan Presiden Donald Trump ke India. Pihak Hindu dan Muslim saling serang dengan senjata api, pedang, tongkat besan dan kapak.
Ratusan orang terluka akibat bentrokan tersebut, dan setidaknya 40 orang tewas. liputan6.com