Meski kondisi keamanan di Wamena dan sekitarnya berangsur pulih, layanan kesehatan untuk warga belum sepenuhnya dapat diakses. Bahkan, ada puskesmas yang melayani masyarakat tanpa pasokan listrik.
Berdasarkan pantauan wartawan Jubi, Islami Adi Subrata, dari 27 puskesmas di Kabupaten Jayawijaya, baru empat yang buka melayani masyarakat dengan jam kunjung pasien yang masih dibatasi.
"Puskesmas Wamena Kota yang buka sehari setelah kejadian, kalau yang dari hari Selasa (01/10) kemarin yang sudah buka Puskesmas Hom-hom, Witawaya dan Asolokobal," kata Adi, kepada BBC News Indonesia, Kamis (03/10).
Adi menambahkan, puskesmas Hom-hom, Witawaya, dan Asolokobal—di luar Kota Wamena, melayani masyarakat dengan kondisi tanpa aliran listrik.
"Tapi mereka tetap buka," katanya.
Sementara itu, salah satu dokter di Puskesmas Wamena Kota, Lorina, mengatakan layanan kesehatan di tempatnya dibatasi sampai pukul 12 siang. "Karena kalau jam 12 lebih, kan kita dokternya hanya ada dua di sini, saya pegang posko, saya harus ke posko, jadi cek pasien yang lain," katanya.
Meski demikian, kata dia, Puskesmas Wamena Kota memiliki obat-obatan yang cukup untuk pasien yang sakit.
Selain kondisi pelayanan kesehatan, aktivitas perdagangan di sejumlah pasar di Wamena juga berangsur pulih, seperti di Pasar Sinakma pada Rabu (02/10) lalu.
Lebih lanjut, Lorina mengatakan kondisi pelayanan kesehatan di Kota Wamena berangsur pulih. Dokter di puskemas bergantian berjaga. "Kan ada yang pergi, ada yang pulang bawa anaknya. Diganti dengan dokter lainnya," tambahnya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Wamena, Antonius Manaor mengatakan saat ini sebagian besar puskesmas masih tutup lantaran tenaga medis masih khawatir dengan keselamatan mereka.
"Kalau RSUD itu kan di tengah kota. Kalau ada apa-apa aparatnya bisa cepat datang. Tapi di puskemas ini kan, apalagi yang di pinggir kota, agak pedalaman sedikit, kalau ada apa-apa dengan meraka, kita nggak tahu," kata dokter umum di RSUD Wamena itu melalui sambungan telepon, Kamis (03/10).
IDI Wamena mencatat, kemungkinan dokter yang keluar Wamena karena kerusuhan pekan lalu berjumlah 10 orang. "Mungkin ada 10. Soalnya kan ada yang dari puskemas, ini dia pergi ada yang nggak lapor ke kita juga," tambah Antonius.
Antonius menambahkan, pihaknya akan memanggil kembali dokter-dokter yang sudah angkat koper dari Wamena. "Tapi itu yang sempat keluar itu, kita usaha untuk panggil lagi. Kan kondisinya sudah mulai tenang, walaupun tetap waspada."
Saat ini pelayanan kesehatan di Kabupaten Jayawijaya berpusat di RSUD Wamena. Sementara dokter yang bertahan di Jayawijaya berjumlah 35 orang.
"Makanya itu perlu sekali dukungan masyarakat, untuk melindungi para dokter, termasuk tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, di situ, di distrik-distrik, di puskesmas-puskesmas, di mana dokter bertugas," tambah Antonius.
Sebelumnya, sejumlah organisasi dokter mengancam bakal angkat kaki dari Wamena jika pemerintah tidak memberikan jaminan keselamatan. Hal ini menyusul pembunuhan dr. Soeko Marsetiyo dalam kerusuhan di Wamena, 23 September lalu.
"Dokter yang telah mengabdikan dirinya puluhan tahun bagi masyarakat di daerah tanpa membedakan suku, agama, dan ras harus mengalami kejadian tragis yang menyebabkan kematian," kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) Moh. Adib Khumaidi dalam keterangan persnya.
Adib bersama rekan-rekan di organisasinya meminta pemerintah memberi jaminan keselamatan bagi dokter yang bertugas di daerah rawan konflik. Ia juga meminta semua pihak memperlakukan tenaga kesehatan secara manusiawi, bukannya menyebabkan luka dan bahkan kematian.
"Jika hal tersebut tidak dapat diwujudkan, mendesak Kementerian Kesehatan untuk mengevakuasi seluruh tenaga kesehatan di daerah rawan," tambah Adib.
Tambahan dokter dari Jayapura dan Makassar
Ketua IDI Jayapura, Samuel M. Baso mengatakan tiap dua minggu akan ada dokter jaga bergantian dari Jayapura dan Makassar.
"Jadi dokter tetap bekerja. Jadi harus berikan kami jaminan keamanan dan keselamatan untuk para dokter bekerja dengan aman," kata Samuel.
Selain itu, untuk korban-korban yang tak bisa ditangani di RSUD Wamena akan dialihkan ke Jayapura, tambah Samuel.
"Jadi korban kebanyaan itu ada luka bakar, luka bacok, ada patah, semua dilayani dengan baik, dan kalau ada susah, dikirim ke Jayapura, karena Jayapura sudah banyak dokter ahli," katanya.
Prajurit TNI melakukan patroli keamanan di Wamena, Papua, Selasa (1/10/2019). TNI dan Polri disiagakan di beberapa titik yang dianggap rawan untuk membantu memulihkan situasi keamanan Wamena pascakerusuhan.
Sebelumnya, Kapolda Papua Paulus Waterpauw berjanji akan menjami kemanan di Wamena, termasuk bagi mereka yang tugasnya bersifat publik, seperti tenaga kesehatan.
"Kami menjamin keamanannya. Artinya kekuatan kami akan kami pertebal, membuat senyaman mungkin saudara kita di Wamena dan sekitarnya," kata Paulus kepada media, Selasa (01/10).
Seperti diketahui kerusuhan di Wamena, Papua pekan lalu membuat 33 orang tewas dan ribuan lainnya mengungsi. bbc.com
Berdasarkan pantauan wartawan Jubi, Islami Adi Subrata, dari 27 puskesmas di Kabupaten Jayawijaya, baru empat yang buka melayani masyarakat dengan jam kunjung pasien yang masih dibatasi.
"Puskesmas Wamena Kota yang buka sehari setelah kejadian, kalau yang dari hari Selasa (01/10) kemarin yang sudah buka Puskesmas Hom-hom, Witawaya dan Asolokobal," kata Adi, kepada BBC News Indonesia, Kamis (03/10).
Adi menambahkan, puskesmas Hom-hom, Witawaya, dan Asolokobal—di luar Kota Wamena, melayani masyarakat dengan kondisi tanpa aliran listrik.
"Tapi mereka tetap buka," katanya.
Sementara itu, salah satu dokter di Puskesmas Wamena Kota, Lorina, mengatakan layanan kesehatan di tempatnya dibatasi sampai pukul 12 siang. "Karena kalau jam 12 lebih, kan kita dokternya hanya ada dua di sini, saya pegang posko, saya harus ke posko, jadi cek pasien yang lain," katanya.
Meski demikian, kata dia, Puskesmas Wamena Kota memiliki obat-obatan yang cukup untuk pasien yang sakit.
Selain kondisi pelayanan kesehatan, aktivitas perdagangan di sejumlah pasar di Wamena juga berangsur pulih, seperti di Pasar Sinakma pada Rabu (02/10) lalu.
Lebih lanjut, Lorina mengatakan kondisi pelayanan kesehatan di Kota Wamena berangsur pulih. Dokter di puskemas bergantian berjaga. "Kan ada yang pergi, ada yang pulang bawa anaknya. Diganti dengan dokter lainnya," tambahnya.
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) wilayah Wamena, Antonius Manaor mengatakan saat ini sebagian besar puskesmas masih tutup lantaran tenaga medis masih khawatir dengan keselamatan mereka.
"Kalau RSUD itu kan di tengah kota. Kalau ada apa-apa aparatnya bisa cepat datang. Tapi di puskemas ini kan, apalagi yang di pinggir kota, agak pedalaman sedikit, kalau ada apa-apa dengan meraka, kita nggak tahu," kata dokter umum di RSUD Wamena itu melalui sambungan telepon, Kamis (03/10).
IDI Wamena mencatat, kemungkinan dokter yang keluar Wamena karena kerusuhan pekan lalu berjumlah 10 orang. "Mungkin ada 10. Soalnya kan ada yang dari puskemas, ini dia pergi ada yang nggak lapor ke kita juga," tambah Antonius.
Antonius menambahkan, pihaknya akan memanggil kembali dokter-dokter yang sudah angkat koper dari Wamena. "Tapi itu yang sempat keluar itu, kita usaha untuk panggil lagi. Kan kondisinya sudah mulai tenang, walaupun tetap waspada."
Saat ini pelayanan kesehatan di Kabupaten Jayawijaya berpusat di RSUD Wamena. Sementara dokter yang bertahan di Jayawijaya berjumlah 35 orang.
"Makanya itu perlu sekali dukungan masyarakat, untuk melindungi para dokter, termasuk tokoh masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, di situ, di distrik-distrik, di puskesmas-puskesmas, di mana dokter bertugas," tambah Antonius.
Sebelumnya, sejumlah organisasi dokter mengancam bakal angkat kaki dari Wamena jika pemerintah tidak memberikan jaminan keselamatan. Hal ini menyusul pembunuhan dr. Soeko Marsetiyo dalam kerusuhan di Wamena, 23 September lalu.
"Dokter yang telah mengabdikan dirinya puluhan tahun bagi masyarakat di daerah tanpa membedakan suku, agama, dan ras harus mengalami kejadian tragis yang menyebabkan kematian," kata Ketua Umum Perhimpunan Dokter Emergensi Indonesia (PDEI) Moh. Adib Khumaidi dalam keterangan persnya.
Adib bersama rekan-rekan di organisasinya meminta pemerintah memberi jaminan keselamatan bagi dokter yang bertugas di daerah rawan konflik. Ia juga meminta semua pihak memperlakukan tenaga kesehatan secara manusiawi, bukannya menyebabkan luka dan bahkan kematian.
"Jika hal tersebut tidak dapat diwujudkan, mendesak Kementerian Kesehatan untuk mengevakuasi seluruh tenaga kesehatan di daerah rawan," tambah Adib.
Tambahan dokter dari Jayapura dan Makassar
Ketua IDI Jayapura, Samuel M. Baso mengatakan tiap dua minggu akan ada dokter jaga bergantian dari Jayapura dan Makassar.
"Jadi dokter tetap bekerja. Jadi harus berikan kami jaminan keamanan dan keselamatan untuk para dokter bekerja dengan aman," kata Samuel.
Selain itu, untuk korban-korban yang tak bisa ditangani di RSUD Wamena akan dialihkan ke Jayapura, tambah Samuel.
"Jadi korban kebanyaan itu ada luka bakar, luka bacok, ada patah, semua dilayani dengan baik, dan kalau ada susah, dikirim ke Jayapura, karena Jayapura sudah banyak dokter ahli," katanya.
Prajurit TNI melakukan patroli keamanan di Wamena, Papua, Selasa (1/10/2019). TNI dan Polri disiagakan di beberapa titik yang dianggap rawan untuk membantu memulihkan situasi keamanan Wamena pascakerusuhan.
Sebelumnya, Kapolda Papua Paulus Waterpauw berjanji akan menjami kemanan di Wamena, termasuk bagi mereka yang tugasnya bersifat publik, seperti tenaga kesehatan.
"Kami menjamin keamanannya. Artinya kekuatan kami akan kami pertebal, membuat senyaman mungkin saudara kita di Wamena dan sekitarnya," kata Paulus kepada media, Selasa (01/10).
Seperti diketahui kerusuhan di Wamena, Papua pekan lalu membuat 33 orang tewas dan ribuan lainnya mengungsi. bbc.com