Rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan hingga tarif dasar listrik disinyalir menghilangkan pandangan positif publik atas pelantikan Jokowi pada Oktober mendatang.
"Publik lagi senang nih Pak Jokowi menang, gitu kan, terutama pendukungnya. Tiba-tiba dihadiahi seperti itu (rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan). Pasti kecewa, artinya kan dari riset bahwa pendukung Pak Jokowi mayoritas kalangan menengah ke bawah," ucap peneliti Founding Fathers House, Dian Permata dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (5/9).
Sehingga kata Dian, masyarakat kini sedang dihantui dengan kenaikan-kenaikan harga. Bahkan publik ketakutan jika kenaikan harga merembet ke lain seperti kenaikan harga BBM. Sehingga jika terjadi, bahan pokok juga akan terkena dampaknya.
"Jadi artinya publik dihantui dengan soal kata "naik" nih sekarang ini. Naik (iuran) BPJS (kesehatan) pasti diikuti naik tarif listrik kemudian diikuti kenaikan BBM dan sudah pasti tiga ini akan mengkontraksi kenaikan harga sembako dan turunannya," jelasnya.
Jika wacana tersebut terus digaungkan oleh pemerintah kata Dian, maka masyarakat merasa tidak punya harapan bahkan bisa berujung pada tergerusnya rasa senang publik pada Jokowi saat kembali dilantik.
"Ngerinya Oktober nanti tidak ada rasa senang, harapan lantaran sudah dihadiahi dari awal bulan kenaikan harga iuran BPJS, meskipun nanti naik atau tidak itu keputusan politik bisa di parlemen atau bisa diskresi dari Pak Jokowi sendiri," pungkasnya. rmoljatim.com
"Publik lagi senang nih Pak Jokowi menang, gitu kan, terutama pendukungnya. Tiba-tiba dihadiahi seperti itu (rencana kenaikan iuran BPJS Kesehatan). Pasti kecewa, artinya kan dari riset bahwa pendukung Pak Jokowi mayoritas kalangan menengah ke bawah," ucap peneliti Founding Fathers House, Dian Permata dilansir Kantor Berita Politik RMOL, Kamis (5/9).
Sehingga kata Dian, masyarakat kini sedang dihantui dengan kenaikan-kenaikan harga. Bahkan publik ketakutan jika kenaikan harga merembet ke lain seperti kenaikan harga BBM. Sehingga jika terjadi, bahan pokok juga akan terkena dampaknya.
"Jadi artinya publik dihantui dengan soal kata "naik" nih sekarang ini. Naik (iuran) BPJS (kesehatan) pasti diikuti naik tarif listrik kemudian diikuti kenaikan BBM dan sudah pasti tiga ini akan mengkontraksi kenaikan harga sembako dan turunannya," jelasnya.
Jika wacana tersebut terus digaungkan oleh pemerintah kata Dian, maka masyarakat merasa tidak punya harapan bahkan bisa berujung pada tergerusnya rasa senang publik pada Jokowi saat kembali dilantik.
"Ngerinya Oktober nanti tidak ada rasa senang, harapan lantaran sudah dihadiahi dari awal bulan kenaikan harga iuran BPJS, meskipun nanti naik atau tidak itu keputusan politik bisa di parlemen atau bisa diskresi dari Pak Jokowi sendiri," pungkasnya. rmoljatim.com