Perekonomian Indonesia kembali tertekan di tengah gejolak global dan perlambatan ekonomi dunia yang terjadi hampir diseluruh negara. Ekonomi dalam negeri saat tertekan karena sektor manufaktur yang kian melemah.
Sektor manufaktur Indonesia mengakhiri triwulan III-2019 dengan catatan lemah, dengan kondisi operasional yang memburuk selama tiga bulan berturut-turut pada bulan September.
"Baik produksi maupun permintaan baru terus menurun. Hal ini menyebabkan perusahaan mengurangi jumlah staf dan aktivitas pembelian," demikian siaran pers dari IHS Markit soal PMI Manufaktur Indonesia yang dikutip Kamis (3/10/2019).
Inventaris input dan barang jadi naik di tengah-tengah penurunan output dan penjualan. Dengan tekanan biaya berkurang, perusahaan memberikan diskon atas harga penjualan untuk pertama kalinya hanya dalam waktu tiga tahun.
Purchasing Managers' IndexTM (PMITM) Manufaktur Indonesia dari IHS Markit naik dari 49,0 pada bulan Agustus ke 49,1 pada bulan September, menunjukkan penurunan lebih lanjut pada kondisi kesehatan sektor tersebut.
"Akan tetapi, data rata-rata PMI selama triwulan ketiga (49,2) merupakan yang paling rendah sejak akhir tahun 2016."
Kondisi permintaan secara keseluruhan terus menurun pada akhir triwulan ketiga. Arus total permintaan baru turun selama dua bulan berturut-turut pada bulan September.
Dan pada kisaran yang sama pada bulan Agustus, data tersebut merupakan yang paling tajam sejak bulan Juli 2017. Data survei menunjukkan bahwa permintaan domestik dan eksternal masih lemah.
"Permintaan ekspor baru kembali menurun pada bulan September. Akibatnya, produksi terus dikurangi karena perusahaan menyesuaikan operasional di tengah-tengah penurunan penjualan," tulis rilis tersebut.
Penurunan output merupakan yang paling mencolok selama 21 bulan, meski tergolong sedang secara keseluruhan. Perusahaan juga mengurangi jumlah staf dengan tenaga kerja pabrik menurun selama tiga bulan berturut-turut, dan merupakan yang tercepat sejak bulan Desember 2017.
Dari segi harga, produsen barang menurunkan harga jual mereka guna menaikkan penjualan. Biaya output turun untuk pertama kalinya hanya dalam kurun waktu tiga tahun pada September.
Tekanan harga secara keseluruhan tidak berubah, karena harga input naik marginal pada akhir triwulan ketiga. Bukti anekdotal menyoroti kenaikan harga bahan baku seperti plastik, kertas, kain, dan beberapa jenis makanan. cnbcindonesia.com
Sektor manufaktur Indonesia mengakhiri triwulan III-2019 dengan catatan lemah, dengan kondisi operasional yang memburuk selama tiga bulan berturut-turut pada bulan September.
"Baik produksi maupun permintaan baru terus menurun. Hal ini menyebabkan perusahaan mengurangi jumlah staf dan aktivitas pembelian," demikian siaran pers dari IHS Markit soal PMI Manufaktur Indonesia yang dikutip Kamis (3/10/2019).
Inventaris input dan barang jadi naik di tengah-tengah penurunan output dan penjualan. Dengan tekanan biaya berkurang, perusahaan memberikan diskon atas harga penjualan untuk pertama kalinya hanya dalam waktu tiga tahun.
Purchasing Managers' IndexTM (PMITM) Manufaktur Indonesia dari IHS Markit naik dari 49,0 pada bulan Agustus ke 49,1 pada bulan September, menunjukkan penurunan lebih lanjut pada kondisi kesehatan sektor tersebut.
"Akan tetapi, data rata-rata PMI selama triwulan ketiga (49,2) merupakan yang paling rendah sejak akhir tahun 2016."
Kondisi permintaan secara keseluruhan terus menurun pada akhir triwulan ketiga. Arus total permintaan baru turun selama dua bulan berturut-turut pada bulan September.
Dan pada kisaran yang sama pada bulan Agustus, data tersebut merupakan yang paling tajam sejak bulan Juli 2017. Data survei menunjukkan bahwa permintaan domestik dan eksternal masih lemah.
"Permintaan ekspor baru kembali menurun pada bulan September. Akibatnya, produksi terus dikurangi karena perusahaan menyesuaikan operasional di tengah-tengah penurunan penjualan," tulis rilis tersebut.
Penurunan output merupakan yang paling mencolok selama 21 bulan, meski tergolong sedang secara keseluruhan. Perusahaan juga mengurangi jumlah staf dengan tenaga kerja pabrik menurun selama tiga bulan berturut-turut, dan merupakan yang tercepat sejak bulan Desember 2017.
Dari segi harga, produsen barang menurunkan harga jual mereka guna menaikkan penjualan. Biaya output turun untuk pertama kalinya hanya dalam kurun waktu tiga tahun pada September.
Tekanan harga secara keseluruhan tidak berubah, karena harga input naik marginal pada akhir triwulan ketiga. Bukti anekdotal menyoroti kenaikan harga bahan baku seperti plastik, kertas, kain, dan beberapa jenis makanan. cnbcindonesia.com