JAKARTA – Keterbatasan kesehatan fisik tak pernah membuat semangat Nader Mahmoud Kouja menghafal Alquran surut. Pemuda asal Lebanon ini berhasil menghafal Alquran di usia 17.
Pria berusia 21 tahun itu mampu menghafal Alquran dalam kondisi tubuhnya yang bertahan dengan hanya satu paru-paru. Demikianlah Allah SWT menunjukkan mukjizat-Nya.
Kouja mengenal Alquran dengan sepenuh hati dan membacanya dengan kesempurnaan yang luar biasa. Dia membuktikan bahwa kondisi fisiknya tidak menghentikan langkahnya untuk menghafal ayat-ayat suci Allah.
Dilansir dari Khaleej Times, Kamis (16/5), Kouja mewakili Lebanon dalam edisi ke-23 Dubai International Holy Quran Award (Dihqa) yang berlangsung pada 2-14 Ramadhan tahun ini.
Nader, yang memiliki makna 'langka' atau 'satu-satunya', hidup sesuai dengan namanya. Namun, dia dianugerahi dengan bakat luar biasa dan memiliki kerendahan hati dalam kepribadiannya.
"Saya tahu ini adalah tantangan besar untuk menyelesaikan misi suci ini dengan tidak hanya satu paru-paru tetapi juga masalah pernapasan, tetapi untuk mendapatkan kehormatan menghafal kata-kata Allah SWT adalah salah satu tantangan," kata Kouja.
"Dengan menghafal Alquran, seseorang merasa lebih aman, lebih tenang, dan terinspirasi. Roh, hati, dan pikiranmu menjadi lebih dekat dengan Pencipta yang agung," lanjutnya.
Kouja mengatakan, Alquran tidak hanya membuat seseorang bahagia dalam hidupnya. Menurutnya, Alquran juga secara signifikan mempertajam ingatannya serta meningkatkan kinerja akademisnya. Di samping itu, menurutnya, juga membuatnya dihormati orang lain.
Kouja mulai mempelajari Alquran pada usia 14 di sebuah masjid, tempat kelas Alquran diadakan setiap hari. Dia mampu menghafal Alquran selama tiga tahun sejak mulai belajar, yakni ketika dia berusia 17 tahun.
Pencapaiannya itu, menurutnya, tidak terlepas dari peran guru-gurunya yang sangat membantunya menghafal Alquran. Tentunya, kata dia, orang tua merupakan pendukung besar dalam misinya. "Mereka selalu mendorong saya untuk mengejar hasrat saya yang membuat mereka bahagia juga," ujarnya.
Kouja kemudian kerap memimpin jamaah dalam shalat di Lebanon. Dia juga mempelajari ilmu syariah Islam di kota asalnya di Tripoli. Dia mengungkapkan ingin melanjutkan kelulusan di bidang yang sama dan menjadi seorang sarjana yang kompeten di masa depan.
"Saya benar-benar percaya dan mengadopsi apa yang dikatakan Nabi Muhammad SAW,'Yang terbaik dari kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain'," kata dia.
Meskipun itu adalah kompetisi Alquran internasional pertama yang diikutinya, namun Kouja mampu memikat perhatian para juri dan peserta lainnya yang hadir di Dubai Chamber.
Sebelumnya, dia mengatakan pernah berpartisipasi dalam tiga kompetisi Alquran lokal dan mendapatkan posisi yang bagus di semua kompetisi. Menurutnya, Dubai International Holy Quran Award telah menjadi platform yang bagus bagi penghafal Alquran dari seluruh dunia.
"Ini adalah hak istimewa dan impian untuk bersaing dalam kontes bergengsi seperti ini, dan bertemu dengan sejumlah besar penghafal Alquran," tambahnya. khazanah.republika.co.id
Pria berusia 21 tahun itu mampu menghafal Alquran dalam kondisi tubuhnya yang bertahan dengan hanya satu paru-paru. Demikianlah Allah SWT menunjukkan mukjizat-Nya.
Kouja mengenal Alquran dengan sepenuh hati dan membacanya dengan kesempurnaan yang luar biasa. Dia membuktikan bahwa kondisi fisiknya tidak menghentikan langkahnya untuk menghafal ayat-ayat suci Allah.
Dilansir dari Khaleej Times, Kamis (16/5), Kouja mewakili Lebanon dalam edisi ke-23 Dubai International Holy Quran Award (Dihqa) yang berlangsung pada 2-14 Ramadhan tahun ini.
Nader, yang memiliki makna 'langka' atau 'satu-satunya', hidup sesuai dengan namanya. Namun, dia dianugerahi dengan bakat luar biasa dan memiliki kerendahan hati dalam kepribadiannya.
"Saya tahu ini adalah tantangan besar untuk menyelesaikan misi suci ini dengan tidak hanya satu paru-paru tetapi juga masalah pernapasan, tetapi untuk mendapatkan kehormatan menghafal kata-kata Allah SWT adalah salah satu tantangan," kata Kouja.
"Dengan menghafal Alquran, seseorang merasa lebih aman, lebih tenang, dan terinspirasi. Roh, hati, dan pikiranmu menjadi lebih dekat dengan Pencipta yang agung," lanjutnya.
Kouja mengatakan, Alquran tidak hanya membuat seseorang bahagia dalam hidupnya. Menurutnya, Alquran juga secara signifikan mempertajam ingatannya serta meningkatkan kinerja akademisnya. Di samping itu, menurutnya, juga membuatnya dihormati orang lain.
Kouja mulai mempelajari Alquran pada usia 14 di sebuah masjid, tempat kelas Alquran diadakan setiap hari. Dia mampu menghafal Alquran selama tiga tahun sejak mulai belajar, yakni ketika dia berusia 17 tahun.
Pencapaiannya itu, menurutnya, tidak terlepas dari peran guru-gurunya yang sangat membantunya menghafal Alquran. Tentunya, kata dia, orang tua merupakan pendukung besar dalam misinya. "Mereka selalu mendorong saya untuk mengejar hasrat saya yang membuat mereka bahagia juga," ujarnya.
Kouja kemudian kerap memimpin jamaah dalam shalat di Lebanon. Dia juga mempelajari ilmu syariah Islam di kota asalnya di Tripoli. Dia mengungkapkan ingin melanjutkan kelulusan di bidang yang sama dan menjadi seorang sarjana yang kompeten di masa depan.
"Saya benar-benar percaya dan mengadopsi apa yang dikatakan Nabi Muhammad SAW,'Yang terbaik dari kalian adalah orang yang belajar Alquran dan mengajarkannya kepada orang lain'," kata dia.
Meskipun itu adalah kompetisi Alquran internasional pertama yang diikutinya, namun Kouja mampu memikat perhatian para juri dan peserta lainnya yang hadir di Dubai Chamber.
Sebelumnya, dia mengatakan pernah berpartisipasi dalam tiga kompetisi Alquran lokal dan mendapatkan posisi yang bagus di semua kompetisi. Menurutnya, Dubai International Holy Quran Award telah menjadi platform yang bagus bagi penghafal Alquran dari seluruh dunia.
"Ini adalah hak istimewa dan impian untuk bersaing dalam kontes bergengsi seperti ini, dan bertemu dengan sejumlah besar penghafal Alquran," tambahnya. khazanah.republika.co.id